Sebelumnya, sejujurnya saya belum pernah membaca buku tentang self improvement. Dear Tomorrow: Notes to My Future Self karya Maudy Ayunda adalah buku self improvement pertama yang saya miliki dan saya merasa bersalah apabila tidak memberitahukan kepada kalian bahwa pemeran utama Perahu Kertas ini, walaupun sudah menjadi aktris yang sukses dan orang mengenal karena kecerdasan intelektualnya, namun dia juga sama seperti manusia biasa lainnya dimana pernah mengalami ups and downs untuk mewujudkan apa yang menjadi impiannya baik itu di dalam dunia pendidikan, personal life dan karirnya.
Guilty as charged. I am one of those people who adore witty quotes and phrases. I love being reminded by simple truths. I love how short statements can strike a chord in our minds and move us to do something.
Yes, kalimat diatas adalah prolog yang indah dari buku ini. Maudy Ayunda berhasil membuat saya terus menerus membuka halaman demi halaman dan tenggelam di dalam frase yang mewakili semua pengalaman darinya. Awalnya saya Pikir buku ini adalah kumpulan puisi yang dibuat oleh Maudy Ayunda, ternyata saya salah. Buku ini adalah beyond that things. Walaupun tidak secara gamblang menuturkan kisah hidupnya, namun rasa dari tiap kata tersampaikan dengan baik dan menjadi candu. Bahkan, menggugah saya untuk lebih bukan hanya mencintai diri sendiri, tapi juga memaafkan, membuka mata, dan terus melangkah.
What I love most? There you go...
Message yang clean and clear. Inilah feedback pertama saya setelah menyelesaikan membaca buku ini. Tidak perlu waktu lama, buku ini berhasil saya lahap hanya dalam hitungan jam dengan penuh highlight stabilo disana sini. Memang, saya sangat suka sekali meng-highlight kalimat-kalimat yang kemudian akan saya catat di dalam jurnal. Tanpa merasa digurui, saya merasa relate dengan beberapa thoughts, seperti:
I decided to see new standards as challenges, as reminder that I was in a place where I would continuously grow, improve and learn. I quickly become more comfortable in my learning environment and started enjoying the process.
As a new mom, kalimat ini membuat termotivasi untuk terus belajar menjadi seorang Ibu dan istri yang baik, serta menerima segala kekurangan yang saya miliki, tanpa merasa guilty karena segala sesuatu pasti ada prosesnya.
Remember the times that people have said, “you can’t do that” or “that’s really difficult”, and yet you achieved it anyway. Remember the thrilling rush of doing something that people thought impossible. Don’t give power to prohibiting words. Let it fuel your desire to prove them wrong.
Again, so close to my life. Ketika orang lain menyangsikan apa yang bisa kita lakukan, chill. Just prove them wrong with your achievement.
Sometimes the people closest to you can be the most toxic. And it is often difficult to weed them out because simply it can be difficult to tell that they are indeed giving you negative influence. Because even the most caring people can lead you astray. Stay away from people who make you feel like you are hard to love. Nobody deserves as much love from you, than yourself.
Saya rasa ini adalah gong dari buku Dear Tomorrow: Notes to My Future Self. It comes out of my mind. Sebelumnya saya tidak pernah menyadari bahwa orang terdekat dapat menjadi toxic. Kenapa? Ya karena orang terdekat. Ternyata, kalimat ini menyadari saya bahwa siapa pun juga dapat menjadi toxic untuk kita dan dibutuhkan kebijaksaan yang lebih untuk dapat melewatkan hal tersebut.
Selain message yang clean and clear, saya juga sangat suka dengan konsep editing buku ini. Photoshoot konsep yang fresh menjadi penyeimbang dalam frase di setiap kalimat yang ada. Bukan hanya kecantikan Maudy Ayunda saja yang terekspose, tetapi juga kecerdasan dan kreatifitas dari si penulis juga sangat terlihat dan menjadikan buku ini memang layak untuk dinikmati serius, tapi santai. Get my point? :)
Personally saya juga sangat menyukai sampul buku dengan hardcover. Dan, Dear Tomorrow: Notes to My Future Self comes with it. Yeay! As we know it, hardcover membuat buku yang dikoleksi tahan lama karena tidak gampang rusak. Even, harganya lebih mahal dibandingkan softcover. But, it’s worth, right?
Senang sekali dalam menyelam di dalam tulisan Maudy Ayunda. Persis seperti yang tertulis di bukunya: Woman supporting woman! Mengutip dari kalimat yang ada di bukunya tentang feminism, dimana hal ini juga relate dengan working mom seperti saya.
I love that girls these days are embracing their individuality: designing their own lives. Chasing their dreams like they deserve to. I think this is due to a crucial misunderstanding of what being a feminist entails. Some people take it to express anti-male sentiment; that it demands to take away power from men. When in essence, feminism simply talks about equality. It is a symbol of acknowledgment that there persist gender privilege, unequal access to resources and standards of judgement on the basis of gender. Feminism seeks to equalize opportunities, not overthrow anyone.
Kalau Maudy Ayunda mengeluarkan buku terbaru lagi, khususnya self improvement seperti ini, I would not think twice to buy it even pre-order :)
Comentarios